Strories . . . . Dea . . . . just sharing . . . . . . . stories-dea.blogspot.com . . . . dea.crazy.a@gmail.com

Selasa, Februari 03, 2009


TENTANG CINTA

Siapa yang melakukan perjalanan karena cinta akan menemukan bahwa jutaan kilometer pun bukan jarakyang jauh.
(pepatah jepang)

BAHASA CINTA:
Afrika :Ek is lief jou
Albania :Te dua
Amharic :Afekrishalehou
Arabic :Ohiboke (cowok ke cewek)
Nohiboka (cewek ke cowok)
Armenia :Yes kez si’rumem
Basque :Maite zaitut
Belanda :ik hau van je
Bengali :Ami tomake bahlobashi
Bosnia :Volim te
Bulgaria :Obicham te
Burma :nin ko nga chit de,chit pa de
Catalan :Testimo
Chewa :noi makokonda
China (mandarin) :Wo ai ni
Creole :Mi aime jou
Czech :Miluji te
Danish :Jeg elsker dig
Esperanto :Mi amas vin
Estonia :Mina armastan sind
Farsi :Tora dost daram
Filipino :Iniibig kita
(bahasa lain di filipina selain tagalog)
Finnish :(Ma) rakastan sua
Frisian :Ik hald fan dei
Gaelic :tha gradh agam ort
Galician :Querote
Gujarati (India) :Hoon tane karoochhoon
Tane chaachhun chhun
Maney tamari satey pyar che
Hawaiian :Aloha wau ia ‘oe
Aloha ia au o’e
Aloha au la o’e
Hebrew :Anee ohev otakh (cowok ke cewek)
Anee ohevet otkha (cewek ke cowok)
Hindi (India) :Mai tumase pyar karata hun (cowok ke cewek)
Mai tumase pyar karati hun (cewek ke cowok)
Mai tumaha pyar karta hu
Hungaria :Szeretlek
Inggris :I love you
Islandia :Eg elska thig
Indonesia :Aku cinta kepadamu
Saya cinta kamu
Irish :T’a gr’a agam dhuit
Italia :Ti amo
Jepang :Kimi o ai shiteru
Aishite imasu
Watashi wa anata ai simasu
Jerman :Ich liebe dich
Kanton :Ngor oi ley
Korea :Dangsiul saranghee yo
Kroasia :Volim te
Kurdish :Khoshim awée
Latin :Te amo
Latvia :Es tevi milu
Lithuania :As tave mylu
Malaysia :Saya cintamuu
Marshallese :Yokwe yuk
Norwegia :Jeg elsker deg
Perancis :je t’aime
Persia :Mahn do usett dasam
Ushegheh tam
Polish :Kochan ciebie
Portugis :Eu te amo
Rumania :Te iubesc
Rusia :Ya tyebya lyublyu
Sanskerta :Twayi snihyaami
Serbia :Volim te
Seshoto :Kiyahurata
Shona :Ndinoluda
Slovak :Lubim ta
Slovenia :Ljubim te
Spanyol :Te amo
Swahili :Nakupenda
Swedia :Jag alskar dig
Tagalog (philipina) :Mahal kita
Thailand :Phom rug khun (cowok ke cewek)
Chan rug khun (cewek ke cowok)
Turki :Seni seviyorum
Ukraina :Ya tebe kokhayu
Urdu :Main tumse muhabbat karta hoon
Mi-an aap say piyar karta hoon
Vietnam :Anh yeu em (cowok ke cewek)
Em yeu an (cewek ke cowok)
Welsh :Rwy’n dy garu di
Yidish :Kh’hob dikh lib
Yunani :S’ayapo
Yunani kuno :Se erotao
Zulu :Ngiyakuthanda


BAHASA BUNGA:
Amaranthus :putus asa tapi cinta
Anggrek :cinta yang berumur panjang, elegan
Amarylis :si dia bangga terhadap kamu
Bluebell :maafkan kesalahanku
Calla lily :kamu cantik sekali
Campanulla :ucapan terima kasih
Carnation oink :tanda cinta seorang wanita
Carnation bergaris :cinta ditolak
Carnation kuning :meremehkan
Daffodil :salam hormat
Dahlia :selera tinggi
Freesia :kita Cuma sahabat
Dianthus pink :cinta murni
Gladiol :si dia lagi rada marah
Hyacinth (sejenis bunga bakung) biru :cinta sejak lama
Hyacinth putih :cinta tapi malu
Irish kuning :cinta yang berkobar
Krisan merah :aku sayang kamu
Krisan kuning :merasa dicuekin
Krisan putih :menerima kenyataan
Lilac ungu :bagaikan cinta pertama
Lilac puih :suci dan murni
Lily panjang (lilium longiflorum) :murni dan rendah hati
Lily lembah (canvallaria) :kembalinya kebahagiaan
Matahari :memuji
Mawar :lambang cinta dan keberuntungan
Mawar putih :menerima kenyataan
Mawar putih semburat pink :hanya untukmu
Mawra besar pink cerah :cintaku seindah purnama
Setangkai mawar :ketulusan cinta
Mawar merah dan putih digabung :kebersamaanMawar kecil kuning :semuanya menyenangkan
Mawar yang masih kuncup :cinta murni dan kasih sayang
Mawar merah :cinta abadi
Rangkaian mawar cantik :hadiah cinta
Mimosa (acacia) :sensitif, cinta rahasia
Narsis (narcissus) :memuji diri sendiri, ambisi
Peony :malu, segan
Ranunculus :kamu sungguh keren
Rudbeckia :keadilan
Snow drop :si dia amat berharap
Solidago :memberi semangat
Sweet pea :kelembutan
Tuberose :kesenangan
Tulip merah :pernyataan cinta
Tulip bergaris :keindahan cinta
Veronica :kesetiaan
Violet :kepercayaan
Zinnia :aku kangen kamu


ASTROLOGI:

12 rasi:
Capriconus :21 Desember-19 Januari
Aquarius :20 Januari-20 Februari
Pisces :21 Februari—20 Maret
Aries :21 Maret-20 April
Taurus :21 April-20 Mei
Gemini :21 Mei-20 Juni
Cancer :21 Juni-20 Juli
Leo :21 Juli-20 Agustus
Virgo :21 Agustus-20 September
Libra :21 Septenber-20 Oktober
Scorpio :21 Oktober-20 November
Sagitarius :21 November-20 Desenber

13 rasi:
Capriconus :21 Januari-16 Februari
Aquarius :16 Februari-11 Maret
Pisces :11 Maret-18 April
Aries :18 April-13 Mei
Taurus :13 Mei-22 Juni
Gemini :22Juni-21 Juli
Cancer :21 Juli-10 Agustus
Leo :10 Agustus-16 September
Virgo :16 September-31 Oktober
Libra :31 Oktober-23 November
Scorpio :23 November-29 November
Ophiuchus :29 November-18 Desember
Sagitarius :18 Desember-21 Januari
AQUARIUS
20 Januari – 20 Februari
Orang aquarius terkenal jenius, nyentrik dan suka bertingkah aneh. Dia takut terhanyut dengan perasaan cinta yang menggebu-gebu. Makannya meski suka dia suka pura-pura cuek. Padahal dalam hatinya tetap penuh perhatian. Kalau lagi cemburu dia tak mau menampakkannya. Dalam hubungan asmara dia berharap sang pacar juga bisa menjadi sahabatnya dalam suka dan duka. Aquarius adalah seorang control freak yang suka mengendalikan hubungan. Kalau pacarnya suka ngatur juga jelas mereka gak bakal cocok. Bagi aquarius, cukup dia yang bersifat demikian!

TENTANG RASA YANG ADA

memang bukan karya yang hot, tapi cukup realistis. cinta memang bukan segala-galanya tapi kebaktian juga tidak selamanya benar dan membuat bahagia orang yang dimaksud atau diri kita sendiri, malah akan jadi bomerang yang mematikan. jangan lantas terus menurut atau membantah. harus tahu posisi, keadaan, dan waktu serta kondisi dimana harus mengalah atau egois. kejujuran ada saatnya sendiri dan kebohongan juga ada saatnya sendiri, untuk diaksikan. jangan lantas asal mulut terbuka. JANGAN GILA DONG!!!!
Untuk yang selalu mendukungku dalam bercerita dalam tulisan. Cho, by eny, tin-a, dan yang lain2. serta keluargaku yang ku sayang. Serta DIA yang memberikan aku kenikmatan luar-dalam luar biasa nikmat banget, dan serta utusanNYA yang merevolusi manusia agar lebih baik dan menghormati serta meninggikan derajat kaum sepertiku, memberikan tekad dan keberanian untuk berkreasi serta berargumen, karena kata beliau, manusia adalah art seni. Ya kan?? So, cia you!!




Dhe@, pertengahan 2008
Aku melintasi dan masuk ruangannya dengan tanpa mengetuk pintu, karena aku biasa begitu. Tadi dia lupa membawa bekal makanannya.
Dia adalah suamiku, kami baru saja menikah dua hari yang lalu. Dan kami belum sempat bulan madu karena suamiku itu orang yang sibuk. Aku dilamarnya begitu aku lulus SMU. Dan karena orang tua kami bersahabat. Meski aku tak pernah mencintainya, tapi aku harus menghormatinya. Karena dia adalah suamiku, orang yang akan menjagaku selamanya, orang yang akan menyayangiku selamanya. Namun aku tak tahu apa-apa tentangnya, karena memang aku tak pernah bertemu dengannya. Aku dipertemukan dengannya dua hari sebelum pernikahan kami. Dan kurasa dia tak begitu buruk.
Dia adalah dokter lulusan universitas bergengsi MEIO dua tahun lalu. Tubuhnya tinggi, rambutnya berwarna madu begitu juga matanya. Tutur katanya sangat halus. Dan yang lebih hebat lagi, dia sudah suka padaku sejak aku SMP?? Aku tak tahu sama sekali tentang hal itu.
“Aku sangat sakit hati saat kau punya pacar. Tapi apa boleh buat, kau tak tahu apa-apa”.
Begitu tuturnya.
“Aku sadar menyukaimu saat kau liburan musim panas kelas dua SMP. Aku terheran kenapa kau selalu menghindar kalau ke pantai. Ternyata kau tak suka memakai baju yang terbuka. Kalau kau tertawa sangat manis. Aku sepertii ikut merasakan kesenanganmu juga. Aku juga terhanyut oleh kata-katamu... ’...perpisahan adalah awal dari pertemuan, dan selama ada pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu juga tentang bahagia, harus rela berkorban jika ingin bahagia. Kalau tak ada pengorbanan, maka tak akan ada kebahagiaan...’ ...kau masih ingat?”
Siapa yang tak akan melayang kalau disanjung seperti itu? Apalagii orang yang menyanjung amat tampan. Meski aku tak mencintainya. Aku juga sadar kalau dia itu amat tampan.
Hah... jadi teringat saat itu.
Aku segera membuka ruang prakteknya.
“Ah... Ichi ...kau benar-benar mengagumkan. Kau benar-benar hebat. Ah... benar disitu, ya... teruskan ... lebih lagi.... aku ingin... yang lebih.... Dekap aku ...... lebih...... e....... rat........”
“Tenanglah Ruka....... pikirkan hanya aku saja... jangan pikirkan yang lain. Sekarang hanya ada aku di depanmu. Lihat aku. Buka tubuhmu... agar aku dapat melihatmu seluruhnya... lebih.. lebih lebar.. ya... ya... lebar lagi...”
Mereka terus bercinta tak hentinya sambil berdiri berpegangan pada korden. Aku tak mampu berkata apapun. Hanya air mataku yang terus mengalir. Ku tutup mulutku rapat-rapat dengan kedua tanganku.
Oh Tuhan!! Apakah ini benar-benar terjadi? Dimanakah cinta yang telah diucapkan Ichi untukku? Apakah aku hanya mainan? Atau ini hanya permainan? Atau ini hanya halusinasi karena aku tak mencintainya? Tidak!! Aku tak mau percaya.
Kakiku mundur teratur. Sampai di pintu, aku menabrak pintu itu karena setengah terbuka. Pintu itu berderit. Aku juga terkejut. Apalagi mereka. Bagai cacing kepanasan, mereka kalang kabut. Aku segera beranjak.
Grep!! “Tunggu!!” “Apa?” Suaraku terdengar lantang dan hal itu membuat nyali Ichi sedikit menciut. Aku berlari keluar dari rumah sakit. Aku terus berlari, dan terus. Tanpa arah yang ku tahu. Yang aku tahu aku hanya ingin berlari agar aku cepat menghilang dari dunia ini.
Rasa benci yang besar tumbuh cepat di dasar hatiku. Rasa sakit kurasakan di dalam relung nuraniku. Aku seperti terkejar oleh seesuatu dan aku tak perduli. Jalan raya besar di depanku, dan aku terus melintas meski lampu hijau. Sesuatu itu terhenti oleh kendaraan yang lalu lalang, karena nyatanya aku lolos dari tabrakan kendaraan. Seandainya aku tak lolos aku akan sangat berterimakasih pada orang itu.
Pantai ada di depanku. Aku terus berlari menerjang pantai dan masuk ke air laut. Di sini aku dapat merasakan letihku yang menyerang pernafasan dan kakiku. Lariku melambat pelan. Hingga kurasakan air telah menenggelamkanku, aku masih tak hentikan lariku. Sesuatu menarikku keluar dari air. Aku terus memberontak menolak. Namun sesuatu itu lebih kuat dariku. Aku tak memiliki tenaga lagi, bahkan untuk menyangga tubuhku.
Tubuhku terangkat, dan keluar dari air itu. Sampai di pantai aku baru sadar kalau yang mengejarku tadi adalah Heero. Kakak iparku. Aku memeluknya erat.
“Bukankah ini tak nyata? Ini hanya cerita komik yang biasanyakan? Inii hanyalah ilusi dari novel yang sering kubaca? Iyakan? Katakan iya kak Heero!! Katakan iya!!”
“Ada apa? Bicaralah padaku ada apa?”
“KATAKAN IYA!! KATAKAN IYA!!” Tangisku benar-benar tak mampu kutahan lagi. Kak Heero tak mampu berkata apapun. Dia hanya memelukku erat dengan sejuta kebingungan.
Ketika aku tersadar aku telah berbaring di ranjang kamarku.
“Kau sudah sadar?!” Mama?
“Bagaimana keadaanmu?” Papa?
“Apa yang terjadi sayang?” Mama??
“Apa kau ada masalah? Tapi tak perlu bertindak gegabah honey!!” Papa??
“...................”
Semua terdiam menunggu jawabanku. Aku segera bangun.
“Ah.. sayang, kau tak perlu bangun secepat ini. Istirahatlah” Kata mama
“Aku tak apa-apa. Aku tak sakit. Aku tak ada masalah. Dan tidak terjadi apa-apa”
Aku segera menuju ke meja riasku. Aku mengambil handphone, dompet, dan jam tanganku yang ada di dalam kotaknya. Setelah itu aku ke meja kerja Ichi, aku mengambil satu novelku yang tergeletak di sana.
Papa & mama, papa & mama, Ichi, dan kak Heero memandangku heran.
“Ayo bercerai!!” Setelah itu aku berlalu.
“Tunggu! Tunggu! Ada apa ini? Kau berlalu begitu saja tanpa bilang apapun. Bicaralah...”
“Kak Heero tak perlu repot, semuanya sudah selesai. Aku dan kau, dan aku dan keluarga kakak. Aku tak akan berhubungan dengan keluarga kakak” Aku segera beranjak. Namun entah keberapa kali tangan kak Heero seolah mencengkram tanganku.
“Bohong kalau dengan berkorban akan dapatkan kebahagiaan. Jika aku pernah berkata begitu, lupakan saja. Kukorbankan cinta kita untuk keluargamu dan keluargaku agar mereka bahagia karena kupikir aku wajib menghormati mereka. Kubunuh perasaanku agar aku tak merasakan rasa sakit. Kuhentikan air mataku untuk menghentikan kekhawatiran mereka. Apalagii yang harus ku korbankan? Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk bicara. Untuk mengatakan apa yang kurasakan. Kubuang impianku untuk event ini. Telah kubuang semua yang kupunya, tapi pada kenyataannya hanya ada kebohongan karena kebodohanku”
“Apa yang kau katakan? Aku tak mengerti sayang?”
“Jangan bicara mama! Aku tak akan mendengarkanmu”
“Jadi,... benar kalian pernah pacaran sebelum kau menikah dengan Ichi?”
“Ya tante, aku sangat mencintai Heero. Bahkan kami telah berencana akan menikah setelah satu tahun aku lulus kuliah. Kami akan memiliki empat orang anak dan kami akan membangun rumah kayu yang besar di dekat pantai dan jika natal tiba, kami akan menyewa sebuah vila di puncak gunung fuji. Kami sudah merencanakan sejauh itu. Dan tiba-tiba rencana itu harus tertunda selamanya, dan tak akan pernah terwujud. Aku seolah menjadi tokoh dalam cerita novel-novel yang kubaca setiap hari”
“Kenapa kau tak bicara hal ini sebelumnya...”
“SIAPA BILANG AKU TAK BICARA!! HAMPIR SETIAP HARI AKU BERBICARA TENTANG KEJUTAN YANG DIBERIKAN HEERO UNTUKKU!! TIDAKKAH KALIAN MENDENGAR CERITAKU!!
Dan aku tahu kalian tak akan pernah merestui hubungan kami. Heero anak durhaka karena tak mau kuliah di bidang dokter. Dia lebih memilih kuliah di bidang arsitek, jalan menuju impiannya. Meski dia harus jatuh bangun untuk membiayai kuliah dan hidupnya”
“Apa yang kau bicarakan!”
“Biar saja. Biarkan mereka tahu apa yang sedang mereka lakukan. Seperti apakah sebenarnya anak durhaka mereka?
Lepaskan aku!!”
Aku segera berlari keluar. Aku langsung masuk ke taksi di depanku.
Tangis Heero tak bisa tahan lama-lama. Begitu juga dengan dua pasang suamii istri itu. Aku tak mendengar isakan tangis mama dan teriakan permohonan papa agar aku kembali. Tapi aku tak perduli. Aku terus beranjak sepertii kesetanan. Aku ingin agar aku segera menjauh sejauh-jauhnya dari dunia menjijikkan itu. Aku tak mau mendekat lebih lagi. Aku merasa jijik. Aku tak bisa terima.
Pukul 10.00 wib aku sampai di kota Surabaya.
Di sana aku menumpang pada rumah temanku. Agni. Dia adalah temanku saat aku SMP. Bahkan kami adalah teman baik dulunya, seandainya bapaknya tidak di pindah tugaskan ke Surabaya kami tak akan pernah terpisahkan. Setelah dia pindah pun kami masih sering berhubungan. Termasuk pernikahanku kemarin hari itu. Awalnya dia sempat kaget dengan apa yang ku ceritakan. Tapi setelah aku ceritakan alasannya dia mau mengerti.
Sekarang dia kuliah di UNESSA mengambil jurusan akuntansi.
”Aku kaget lho, saat tau-tau kamu telpon aku dan minta ingin tinggal bareng. Apa kamu bertengkar dengan keluargamu? Masalah pernikahanmu kan? Sudah kuduga!! Pernikahan seperti itu tak akan berjalan mulus Raisya.. Janganlah kau berpikir kau menjadi tokoh dalam novel yang sering kau baca!! Kau terlalu terobsesi dengan novel-novelmu. Tidak usah berlagak menjadi anak alim. Sudahlah.. katakan saja apa yang ingin kau katakan pada mereka, mereka tak akan membunuhmu kok!! Palingan kau di pingit” Kata Agni panjang lebar.
Aku seperti kembali ke masa SMAku saat aku di ceramahi bu Lastri gara-gara aku terlambat untuk yang ke tiga kalinya berturut-turut.
”Agni...” keluhku.
”Aku tak bermaksud menceramahimu seperti layak nya guru kita bu Lastri. Tapi Raisya...” Tiba-tiba air mataku menetes. Agni memelukku erat. Aku tak mampu lagi menahan emosiku. Aku terus menangis dalam pelukan Agni. Dan aku tak tahu hingga berapa lama aku menangis. Aku hanya merasakan belaian halus tangan Agni.
Setelah aku tenang, Agni mengajakku makan siang. Tak ada lagi pembicaraaan diantara kami. Karena Agni tahu, jika ia sekarang bicara tak akan berguna.
Stelah beberapa hari Agni terus mendesakku agar aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku mencoba mengalihkan pembicaraan tapi Agni terus mendesak. Mau tak mau aku menceritakannya juga!!
”Terus, kapan kau akan mengurusi perceraianmu itu? Kau ada biaya?” Kata Agni khawatir.
”Jangan khawatir. Semua biaya beres kok!” Aku mencoba mencairkan kekhawatiran Agni.
”Tapi dari mana Raisya... Kau belum pernah kerjakan?”
”Kalau aku belum pernah kerja, lantas aku tak punya uang begitu? Mentang-mentang aku tinggal di sini gratis begitu?”
”Siapa bilang gratis??! Bakal di total belakangan kok!!” Kata Agni penuh angkuh.
”Kalau begitu aku akan merayu bibi supaya gratis!!”
Lalu kami tertawa bersama.
”Kalau ada yang bisa kubantu, ngomong ya...”
”Iya, iya, jangan khawatir Agni” Kataku ”Oh ya!! Percaya nggak...” Aku lalu membisikkan sesuatu pada Agni.
”APA!!? SERIUS??!” aku menganggukkan kepala.
”Jadi kalian belum bersentuhan sama sekali??!” Tanya Agni lagi.
”Ya, jadi aku belum rugi. Hanya saja, rugi status” Kataku sambil cekikikan.
”Lalu apa rencanamu setelah ini?”
”Aku akan mengikuti ospek tahun depan!”
”Dimana??!”
”Di sini. Di UNNESA”
“Wah... berarti kita bakal satu kampus dong!!”
”Ya, kita bakal satu naungan lagi”
Agni memelukku erat.
Setelah satu tahun semua selesai berkat bantuan Agni, om Hanggono, dan bibi Hanggono. Akupun mengikuti ospek dengan tertib, lalu masuk kuliah dengan tenang. Aku mengambil jurusan sesuai dengan keinginanku dulu. Jurusan fashion designer. Sempat keluarga Agni bertanya memangnya mau jadi apa aku nanti. Lalu ku jawab apa saja yang bisa ku jangkau.
”Raisya... kau sudah jadi keluarga kami. Jangan kau sungkan-sungkan kalau kau ingin bicara atau membutuhkan bantuan kami” kata bibi Hanggono.
”Benar!! Apalagi biaya kuliah sekarang tidak murah. Tidak bisa kalau hanya berbiaya nekat dan tekad saja. Kenyataan sekarang tidak seindah dulu. Tidak boleh disepelekan” kata om Hanggono.
”Iya om, bibi. Raisya ngerti kok. Mulai sekarang, Raisya akan giat cari kerja!!”
”Ngapain kamu cari kerja? Kan kita tadi sudah bilang, kau anak kami sekarang”
”Tapi om...”
”Benar kata papa!! Lagian apa tadi? Om? Bibi? Kenapa kau tidak memanggil kami seperti memanggil orang tuamu sendiri. Kau sudah jadi bagian kami Raisya...” kata bibi sambil memelukku.
”Tapi aku gak mau kalau dipanggil Agni?”
”Lho kok begitu?” kata bibi heran.
”Ya gak mau dong... kan aku sama Raisya masih tua aku setahun, harusnya ya tahu diri dong, dia manggilnya aku mbak!!” kata Agni sambil jutek.
”Iya, iya mbak!! Mbak Agni dech...” kataku sambil senyum.
”O... jadi selama ini kamu pengen punya adik, makannya selalu marah-marah gara-gara papa gak mau buatin. Gitu?!” kata om Hanggono.
”Ya iyalah pa, siapa sih yang nggak jengkel kalo minta gak di kasih. Minta sama Tuhan aja diksih, eh, minta sama papa gak dikasih. Emang dasarnya pelit” kata Agni sambil sok cemberut.
”Tapi sekarang sudah punya kan mbak?!”kataku sambil senyum.
”Iya, makannya aku seneng banget!!”
”Kalo sudah seneng jangan lupa kewajiban belajar, jangan di ajak keluyuran saja adik kamu itu” kata bibi... eh!! Mama.
Aku mengurusi perceraianku dibantu dengan kak Agni dan sesekali papa, serta mama yang selalu mendukungku. Di tengah-tebgah sempat jengkel banget karena pihak lawan mengulur terus supaya dapat melacak keberadaanku. Dan berkat kejeniusan papa ’mereka’ tak dapat menemukanku. Lama ku urusi surat-surat cerai itu, hampir tujuh bulan sendiri.
Aku sempat putus asa di tengah-tengah kerumitan itu, tapi berkat mama, aku dapat bertahan dan bersabar. Mama memang orang yang sangat hebat!!
Aku dapat hidup dengan alami pada akhirnya. Dengan status sebagai anak kedua dari pasangan keluarga Hanggono yang sudah lama menginginkan keturunan lagi. Dan dengan jabatan sebagai seorang mahasiswi. Akupun kuliah seperti apa yang ku inginkan selama ini. Aku mengambil jurusan fashion designer. Aku ingin jadi perancang model. Bakat ini sudah aku asah sejak aku masih kecil, sejak aku duduk di kursi TK.
Aku belajar dengan bibi Kiki, adik teman mama yang sudah meninggal saat aku duduk di kelas dua SD. Saat itu aku menangis terus menerus. Tak dapat kubayangkan aku akan kehilangan orang yang amat mendukungku dalam bakatku. Aku terus berdiam diri dan tak beranjak selama lebih dari tiga tahun. Dan saat aku benar-benar berpikir bahwa aku tak mampu berbuat apa-apa lagi, dirinya datang. Kamipun jadi dekat dan semakin lama semakin aku selalu menantikan pertemuan kami. Seperti sebuah kencan, aku dan dirinya memiliki protokol sendiri yang tak kasat mata ataupun terucap oleh bibir. Seperti sebuah pemahaman yang tanpa adanya penjelasan terlebih dahulu, namun kami mengerti seolah itu terukir padat yang abadi di benak kami. Dan kata cintapun terucap dari bibirnya. Sungguh aneh namun aku mengalaminya, aku dapat mengerti cinta saat itu. Aku bagai terbang ke awan tanpa sayap. Seperti mati namun hidup dalam bahagia yang abadi. Kamipun memulai hubungan rahasia kami. Saat itu dirinya masih SMU, dan aku masih kelas enam SD akhir periode. Kami terus menjalani hubungan itu tanpa ada yang tahu dan tanpa beban seolah dunia hanya milik kami berdua. Tapi, mungkin Tuhan tak suka dengan sikap sembunyi-sembunyi kami. Aku tak bermaksud sembunyi-sembunyi kok!! Aku setiap hari selalu berbicara tentang dirinya kepada samua orang namun tak ada yang mau mengerti.
Apa boleh buat, mungkin bagi mereka itu hanya bualan anak kecil yang sedang penuh daya imajinasi. Dan aku tak berusaha mambuat mereka memahami, karena kukira akan ada waktu tersendiri untuk membuat mereka sadar akan cinta kami. Dan dia setuju denganku,
”... tak usah buru-buru...”, ujarnya saat itu.
Tapi Tuhan benar-benar tak berpihak pada kami. Lulus dari SMU, kami dipisahkan tanpa sepengetahuan kami. Kata mereka aku sudah di tunangkan. Aku tercengang. Aku diseret keruangan khusus dan tak boleh bertemu atau menemui siapapun. Dan seterusnya hingga aku mengurusi surat ceraiku kemarin.
Sungguh pengalaman yang luar biasa bila di lihat dari sudut pandang orang lain. Dan sungguh pengalaman yang amat menyakitkan bila mengalaminya. Seperti sebuah pukulan yang tak terlihat namun amat terasa sakitnya.
Tapi itu adalah beberapa tahun yang lalu. Seiring dengan berjalannya waktu, aku dapat menjadikan semua itu sebagai pelajaran yang tak ternilai harganya.
Hingga beberapa waktu telah beranjak. Akupun hampir lulus dari kuliahku. Dan beberapa rumah produksi telah menawariku untuk jadi perancang busana saat mereka melakukan produksi film. Aku juga telah memiliki butik yang lumayan terkenal di berbagai tempat di kota Surabaya ini.
Rencanaku setelah lulus dari kuliahku, aku ingin menerima tawaran mereka karena aku tidak mau terus bergantung pada orangtua angkatku. Mereka sudah cukup repot dalam urusan uang-uangan untuk kuliahku, ditambah lagi harus mengasuhku.
Aku berjalan gontai di loby rumah produksi yang sudah cukup profesional itu.
RIMA Films!. Aku selesai wawancara. Dan ulai minggu depan aku akan mulai kerja di sini. Katanya mereka melihat karya imajinasiku waktu aku mengadakan pameran saat aku duduk di semester 4. Katanya karya-karyaku sungguh imajinatif dan penuh keberanian. Kupikir,, oh ya?!!
Aku terus melayang dengan pujian waktu itu dan karena banyak lagi perusahaan yang memujiku. Aku jadi berpikir kaalu aku ini memang orang yang suka di puji-puji. Aku semakin tenggelam dalam memori pujian itu, hingga...
... JBRUKK!!!
”Aduch....!!”Aku merintih pelan. Aku membuka mata dunia nyataku. Aku tertimpa gulungan beberapa lembar kertas karton. Jelas saja sakit banget. Bisikku dalam hati. Aku harus minta maaf nich.
”Maaf-maaf!! Aku minta maaf, aku tidak melihat jalan dengan benar!!” Kata orang itu.
Aku membantu memunguti barang-barangnya yang terjatuh.
Suara ini mirip orang yang kukenal.
”Ini...”
”Terima kasih!!”
Akh...!!!
Kami saling menatap lekat. Kami sama-sama tercengang.
”Raisya?!! Benarkan? Aku tidak salahkan? Raisya?!”
”Heero?!”
GREPH!!
Dia memelukku erat!!
”Sedang apa kau di sini?! Sudah bertahun-tahun berlalu. Aku selalu berpikir masih hidupkah kau? Bagaimana keadaanmu? Apa yang kau lakukan? Ah... banyak sekali yang ingin ku ketahui”
”Hm... sayangnya aku tak berpikir begitu. Aku berpikir akan melupakan semua yang pernah terjadi dan aku akan terlahir kembali dan menjadi apa yang aku inginkan